Jakarta – Jenderal Listyo Sigit Prabowo selama ini memang dikenal sebagai pribadi yang kalem, cenderung pendiam. Dia irit bicara, dan tersenyum seperlunya saja. Semuanya seperti serba terukur, terkendali. Maklum, dia adalah pemegang sabuk Dan Satu bela diri Judo. Bela diri asal Jepang ini mengandalkan teknik bantingan.
Salah satu filosofi dari olah raga ini adalah bagaimana berani bangkit dan bangun kembali setelah jatuh atau dijatuhkan. “Dari situ kan kita belajar untuk lebih baik lagi agar tidak mudah jatuh,” kata Listyo Sigit kepada tim Blak-blakan detikcom, Rabu (3/3/2021).
Saat ditanya apakah dirinya pernah ‘jatuh’ dalam menjalani karir selama di kepolisian? Dengan diplomatis lelaki kelahiran Ambon, 5 Mei 1969 itu menyatakan setiap orang dalam mengemban tugas pasti tidak semuanya berjalan lancar, ada hambatan, ada teguran dari atasan. Hal semacam itu, kata dia, bagian dari ujian atau melatih kesabaran kita.
“Pasti semua orang pernah mengalaminya. Tinggal apakah mau menjadikannya sebagai pelajaran untuk lebih baik, atau menjadi batu sandungan yang membuat kita berhenti di tempat,” papar Listyo Sigit.
Filosofi lain yang diajarkan dalam Judo, dia melanjutkan, adalah bagaimana harus bersikap dan bertindak secara terukur. “Kalau bisa melumpuhkan, kenapa harus mematikan. Di Judo seperti itu. Walaupun kita juga diajarkan untuk mematikan tapi kalau melumpuhkan cukup, kenapa harus mematikan,” tegasnya.
Sebelum menekuni Judo, dia pernah belajar silat, karate, dan kungfu. Pemicunya antara lain cerita-cerita silat seperti dalam komik Kopingho yang biasa dibacanya sebagai selingan. Tapi Listyo Sigit menekankan, berlatih bela diri tersebut bukan untuk gagah-gagahan tapi sekedar agar dapat membela diri, keluarga, dan teman-temannya. “Ya, minimal kan harus membela diri sendiri,” ujarnya.
Selain bicara soal olah raga kegemaran dan filosofi hidupnya, dalam wawancara khusus sekitar satu jam itu, Listyo Sigit memaparkan tekadnya menjadikan polisi ke depan lebih humanis, professional, dan memahami rasa keadilan yang diinginkan masyarakat. Dia juga bertekad mengikis budaya transaksional dalam melayani pengaduan masyarakat.
Hal itu antara lain diupayakan lewat aplikasi E-Dumas (Pengaduan Masyarakat) atau Dumas Presisi yang diluncurkan akhir Februari lalu. Lewat aplikasi online ini, masyarakat luas dapat menyampaikan keluhan atau pun pengaduan terhadap sikap dan perilaku aparat yang dinilai menyimpang di lapangan.
Simak selengkapnya dalam Blak-blakan Jenderal Listyo Sigit Prabowo, “Siasat Mewujudkan Polisi Humanis” di detikcom, Jumat (5/3/2021).
Saksikan video ‘Komitmen Jenderal Listyo Bikin Polri Humanis dan Transparan’:
(jat/jat)