Surabaya – Kasus COVID-19 aktif di Jatim terus menurun. Tercatat hingga Minggu (14/3), ada 2.373 kasus aktif di Jatim.
Angka ini menurun drastis dibanding awal PPKM pada Januari lalu yang sempat mencapai 8 ribu kasus aktif. Gubernur Khofifah Indar Parawansa memastikan, turunnya kasus tidak karena menurunnya testing. Testing di Jatim disebutnya sudah sesuai standar WHO.
“Alhamdulillah per Minggu ini, positivity rate di Jatim mencapai 6 persen. Ini merupakan prestasi dan kerja keras serta kerja sama semua elemen yang sangat baik, karena ini menunjukkan pemerintah terus konsisten meningkatkan testing dan hasilnya dengan jumlah testing yang sesuai standar WHO ini, kasus harian maupun keterisian rumah sakit mulai menurun,” ujar Khofifah di Gedung Grahadi, Surabaya, Minggu (14/3/2021).
Berdasarkan aplikasi Bersatu Lawan COVID-19, kasus yang diperiksa di Jatim dalam satu minggu terakhir sudah mencapai 45.045. Angka ini sudah di atas standar WHO yakni 1 tes tiap 1.000 penduduk per minggu atau setara dengan 40.479 tes PCR/minggu. Dengan demikian, target testing PCR di Jatim sudah tercapai 111 persen dari standar WHO.
Dari 45 ribu kasus yang dites tersebut, ditemukan 2.694 kasus positif COVID-19. Artinya positivity rate di Jatim, kata Khofifah, sudah mencapai angka 6 persen. Untuk standar dari WHO sendiri. positivity rate yang ideal adalah 5 persen. Padahal, sebelum pemberlakuan PPKM maupun PPKM Mikro, positivity rate di Jatim berada di angka 20 persen.
“Kita memang selalu memantau angka positivity rate di Jatim, untuk memonitor sejauh mana testing yang dilakukan dan kasus positif yang sudah ditemukan,” lanjutnya.
Khofifah menjelaskan, penurunan kasus maupun positivity rate tersebut juga diikuti dengan penurunan BOR (bed occupancy rate). Di mana saat ini, BOR isolasi biasa sudah turun dari 79 persen di awal PPKM menjadi 33 persen. Untuk ruang ICU dari 72 persen menjadi 52 persen.
“Prestasi ini juga merupakan berkat gotong royong dan peran semua pihak termasuk TNI/Polri, Tomas, tenaga medis, pemkab/kota, Toga, dan seluruh masyarakat di Jatim. Hal ini juga menunjukkan bahwa pelaksanaan PPKM Mikro telah cukup membantu dan berada di jalur yang benar,” jelasnya.
Lebih lanjut disampaikan Khofifah, ini merupakan salah satu hal yang patut dibanggakan namun perlu diwaspadai. Apalagi, sebelumnya Jatim juga pernah mencapai positivity rate hanya 7 persen di Bulan Oktober. Namun setelah libur panjang, positivity rate tersebut kembali naik menjadi 19 persen hingga berangsur turun menjadi 6 persen pada hari ini.
Untuk itu, mantan Mensos RI ini berharap, catatan ini bisa menjadi motivasi untuk masyarakat, pemprov maupun aparat untuk terus konsisten mengawal penurunan kasus di Jatim. Termasuk dengan tetap konsisten menerapkan protokol kesehatan.
“Pencapaian ini merupakan prestasi, namun seluruh masyarakat harus tetap waspada dan konsisten menerapkan protokol kesehatan. Terus memakai masker, mencuci tangan, menjaga jarak, menghindari kerumunan, dan hanya keluar rumah untuk urusan yang penting,” pungkasnya.
(sun/bdh)